Profil Desa Sukoreno
Ketahui informasi secara rinci Desa Sukoreno mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Sukoreno, Kaliwiro, Wonosobo. Mengupas model ekonomi `biru-hijau` yang unik, memadukan potensi perairan Waduk Wadaslintang dengan kekayaan agribisnis cengkeh dan kapulaga di perbukitan yang subur.
-
Identitas Geografis Tepi Waduk
Kehidupan dan lanskap Desa Sukoreno secara fundamental dibentuk oleh lokasinya yang strategis di pesisir timur Waduk Wadaslintang, sebuah danau buatan raksasa yang menjadi sumber peluang ekonomi.
-
Ekonomi `Biru-Hijau` yang Diversifikasi
Desa ini menjalankan model ekonomi ganda yang tangguh, menggabungkan "ekonomi hijau" dari perkebunan rempah (cengkeh & kapulaga) di perbukitan dengan "ekonomi biru" dari sektor perikanan tangkap dan budidaya keramba di perairan waduk.
-
Potensi Wisata Tirta yang Menjanjikan
Dengan latar pemandangan waduk yang memesona, Sukoreno memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata tirta (wisata air), mencakup kegiatan memancing, perahu wisata, dan kuliner ikan air tawar.
Di sudut tenggara Kabupaten Wonosobo, di mana perbukitan hijau bertemu dengan hamparan air yang tenang dan luas, terbentang Desa Sukoreno. Sebagai bagian dari Kecamatan Kaliwiro, desa ini memiliki karakteristik yang unik, dibentuk oleh kehadiran salah satu infrastruktur vital di Jawa Tengah: Waduk Wadaslintang. Keberadaan waduk raksasa ini telah mengukir ulang takdir Sukoreno, mengubahnya dari desa agraris biasa menjadi sebuah komunitas dengan model ekonomi `biru-hijau` yang dinamis. Inilah potret sebuah desa yang hidup dalam harmoni, memanfaatkan kekayaan dari darat dan air secara berdampingan.
Di Tepian Waduk Wadaslintang: Identitas Geografis yang Khas
Identitas utama Desa Sukoreno tidak dapat dipisahkan dari Waduk Wadaslintang. Desa ini merupakan salah satu dari sekian banyak desa yang wilayahnya bersentuhan langsung dengan garis pantai danau buatan yang diresmikan pada tahun 1988 tersebut. Pembangunan waduk, yang sejatinya bertujuan untuk irigasi, pembangkit listrik dan pengendalian banjir bagi wilayah di hilirnya, secara tidak langsung memberikan wajah dan peluang baru bagi Sukoreno.Lanskap desa ini sangat khas: lereng-lereng perbukitan yang ditanami aneka tanaman keras menurun secara dramatis menuju tepian air waduk yang tenang. Pemandangan ini menciptakan panorama yang memesona, di mana warna hijau perkebunan berpadu dengan birunya permukaan air dan langit. Kehadiran waduk ini bukan hanya mengubah topografi, tetapi juga iklim mikro dan yang terpenting, membuka spektrum mata pencaharian baru bagi masyarakat yang sebelumnya hanya mengenal daratan.
Ekonomi Hijau: Aroma Cengkeh dan Kapulaga dari Perbukitan
Pilar pertama dan yang paling tradisional dari perekonomian Desa Sukoreno ialah "ekonomi hijau" yang berbasis pada pertanian lahan kering di perbukitan. Berbeda dengan dataran tinggi Wonosobo yang didominasi sayuran, kontur dan iklim di Kaliwiro, termasuk Sukoreno, sangat cocok untuk tanaman rempah bernilai tinggi. Dua komoditas utama yang menjadi andalan para petani ialah cengkeh (clove) dan kapulaga (cardamom).Perkebunan cengkeh rakyat tersebar di lereng-lereng perbukitan, dan saat musim panen tiba, aroma khasnya akan menyebar ke seluruh penjuru desa. Cengkeh menjadi salah satu sumber pendapatan utama yang bersifat tahunan dan menjadi investasi jangka panjang bagi warga. Di sela-sela pohon cengkeh atau di lahan-lahan yang lebih teduh, tanaman kapulaga tumbuh subur. Rimpang beraroma wangi ini menjadi sumber pendapatan tambahan yang dapat dipanen secara berkala. Kombinasi kedua tanaman rempah ini membentuk tulang punggung ekonomi agraris yang kuat dan telah menghidupi masyarakat Sukoreno selama puluhan tahun.
Ekonomi Biru: Menggali Potensi Perikanan Waduk
Pilar kedua yang lahir setelah adanya waduk ialah "ekonomi biru" yang berbasis pada pemanfaatan sumber daya perairan. Waduk Wadaslintang yang kaya akan ikan menjadi ladang penghidupan baru bagi banyak warga. Sebagian dari mereka menjadi nelayan ikan air tawar, menangkap berbagai jenis ikan seperti nila dan patin untuk dijual ke pasar lokal atau rumah makan di sekitar waduk.Selain perikanan tangkap, inovasi yang lebih modern dan produktif ialah budidaya ikan melalui Keramba Jaring Apung (KJA). Puluhan unit KJA terapung di beberapa teluk yang tenang di wilayah perairan Desa Sukoreno. Di dalam jaring-jaring ini, ribuan ikan nila dibudidayakan secara intensif. Usaha KJA ini menjadi bisnis yang menjanjikan, menciptakan lapangan kerja baru dan menjadikan Sukoreno sebagai salah satu pemasok ikan air tawar di kawasan Wonosobo bagian selatan.
Data Wilayah dan Demografi Masyarakat
Desa Sukoreno merupakan salah satu desa di Kecamatan Kaliwiro, Kabupaten Wonosobo. Wilayahnya yang luas dan berbukit-bukit mencakup area sekitar 755 hektare. Berdasarkan data kependudukan terbaru per tahun 2025, desa ini dihuni oleh 4.520 jiwa. Dengan luas wilayah tersebut, tingkat kepadatan penduduknya relatif rendah, yakni sekitar 599 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan yang rendah ini mencerminkan karakteristik wilayah yang didominasi oleh lahan perkebunan, hutan rakyat, dan perairan, bukan pemukiman padat. Mayoritas penduduknya adalah petani kebun dan nelayan/pembudidaya ikan, yang hidupnya sangat bergantung pada kondisi alam.
Visi Pengembangan: Menuju Desa Agromaritim dan Wisata Tirta
Dengan modal alam yang begitu unik, Desa Sukoreno memiliki visi pengembangan yang cerah sebagai "Desa Agromaritim Terpadu" dan destinasi wisata tirta. Visi ini bertujuan untuk mengintegrasikan potensi darat dan air secara lebih optimal. Namun beberapa tantangan perlu diatasi, seperti volatilitas harga rempah di pasar global dan isu keberlanjutan lingkungan di perairan waduk. Praktik budidaya KJA yang tidak ramah lingkungan berisiko mencemari air waduk, sehingga diperlukan penerapan teknologi dan praktik budidaya yang berkelanjutan.Strategi pengembangan ke depan meliputi:
Penguatan Agribisnis Rempah: Mendorong praktik pascapanen yang baik untuk meningkatkan kualitas cengkeh dan kapulaga, serta menjajaki pembentukan merek kolektif untuk meningkatkan nilai jual.
Modernisasi Perikanan: Memperkenalkan teknik budidaya KJA yang ramah lingkungan dan efisien, serta mengembangkan industri pengolahan ikan skala kecil.
Pengembangan Wisata Tirta: Secara bertahap membangun industri pariwisata berbasis komunitas. Ini dapat dimulai dengan penyediaan jasa perahu wisata untuk berkeliling waduk, pembukaan spot-spot pemancingan yang dikelola secara profesional, dan pendirian warung-warung apung atau tepi waduk yang menyajikan menu khas ikan bakar segar hasil dari KJA.
Pada akhirnya, Desa Sukoreno adalah sebuah etalase hidup tentang bagaimana manusia beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Dari desa agraris di perbukitan, ia bertransformasi menjadi komunitas agromaritim yang dinamis, membuktikan bahwa harmoni antara biru dan hijau bukan hanya mungkin, tetapi juga merupakan jalan menuju masa depan yang sejahtera dan berkelanjutan.